15 April 2012

Islam demokrasi?”

Apa yang kita rasakan ketika mendengar, pemimpin kita adalah seorang yang demokratis, atau ada juga yang mengatakan Negara kita adalah Negara yang demokratis, atau ada lagi yang mengatakan islam adalah agama yang demokratis.
Yang perlu kita cermati adalah layakkah kata demokrasi di selipkan kedalam islam?” atau lebih jelasnya apakah islam demokrasi?”mendengar hal itu terkadang aku sendiri merinding mendengarnya. Ketika ada seorang pemimpin yang dengan mantapnya mengatakan “ agar tercipta pemerintahan yang demokratis?”.
Demokrasi berasal dari yunani Demos dan Cration (pelajaran waktu SLTP) atau pemerintahan rakyat secara terminology artinya pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dari pengertian diatas coba kita tafsirkan perkataan tersebut di atas , Pemimpin demokratis : Pemimpin yang memimpin atas kehendak rakyatnya. Negara Demokratis : Negara yang mengatur atas kehendak rakyatnya. Islam agama yang demokratis : islam agama yang mengikuti kehendak pemeluknya termasuk bebas membuat aturan di dunia ini. Dengan penafsiran-penafsiran itu sudah tepatkah kata demokrasi di gabungkan dengan islam..?”
Agar adil marilah kita bandingkan pengertian islam, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah kepada Rosulullah kepada umat manusia dengan menjadikan Al qur’an dan As sunnah sebagai sumber hukumnya. Aritnya seorang yang memeluk islam ia wajib menjadikan Alqur’an dan Assunnah sebagai peraturan hidupnya. Maka kalau Alqur’an memerinthkan untuk sholat maka orang islam wajib sholat, Alqur’an menyuruh menutup aurat maka orang islam wajib menutup aurat dan semua aturan itu bagi islam adalah bersifat final dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Lantas bagaimana kalau peraturan yang ada di Alqur’an di musyawarahkan bahkan di footing untuk memutuskan apakah diterapkan atu tidak. Inilah perbedaan yang fundamental antara Demokrasi dengan islam. Islam mengjarkan kepada pemeluknya untuk terikat pada hukum syara sedangkan Demokrasi mengajarkan kepada manusia termasuk umat islam untuk berhak menentukan peraturan sesuai kehendak mereka. Seandainya ada suatu kejadian di masyarkat yang menginginkan minuman keras beredar di masyarakat bagimana tanggapan demokrasi dan islam , pasti berbeda. Dalam demokrasi itu bergntung kepada masyarakatnya apakah keberaatn atu tidak sedangkan dalam islam sudah jelas it adalah harm yang tak bisa di musyawarahkan lagi. Itulah perbedaan yang fundamental antar islam dan demokrasi.

Aqidah yang kuat

Saya inget banget ketika dalam suatu kajian ustad tersebut mengatakan iman yang benar yaitu seseorang yang dipaksakan melakukan kemaksiatan atau disuruh meninggalkan apa yang diperintahkan Allah ia tidak mau walaupun ia di berikan kenewahan dunia ataupun di intimidasi sekalipun. Beliau menganalogikan keimanan ibarat kita meyakini bahwa listrik itu kalau bagian positifnya dipegang bisa menyebabkan kesetrum dan konsekuensinya bisa mati. Keyakinan itulah yang melandasi bahwa ketika kita menyentuhnya akan celaka. Hal itulah yang membuat seseorang walaupun diiming-imingi dunia sekalipun tidak mau menyentuhnya, karena yakin bahwa itu akan celaka. Keimanan seorang muslimpun idealnya demikian, ketika kehidupan yang ada berbenturan dengan Syariat islam maka iapun lebih memilih jalan Allah swt yaitu Syariat islam, walaupun ia diancam mati sekalipun. Keimanan inilah yang mahal ibarat berlian yang begitu memukau. Lantas bagaimana menggapai keimanan itu?”. Ustad tersebut melanjutkan ILMU. Ilmu itulah yang membuat orang tahu bahwa didalam kabel itu ada setrumnya, dan ilmu itulah yang membuat orang yakin ketika menyentuhnya akan kesetrum. Maka pantaslah Rosulullah sangat menekankan kepada umatnya untuk menuntut ilmu bahkan mewajibkannya mulai dari lahir sampai ke liang lahat. Wallahu A’lam.

Kemana pemimpinku?”

Kunci dari pemimpin adalah kepercayaan dari orang yang dipimpinnya. Didalam kediamannya seorang pemimpin memiliki potensi decision yang ditunngu bawahannya. Keputusan itulah yang dinanti-nanti bawahannya, walaupun terkadang bawahannya kurang sependapat namun karena kepercayaan kepada pemimpin bahwa ia adalah seorang yang komit terhadap apa yang di putuskannya maka ia akan di taati bawahannya. Kepercayaan itulah yang hilang di negeriku ini. Dan ketidakpercayaan kepada pemimpin tersebut dikarenakan pola kepemimpinan itu sendiri…
Bagaimana itu akan terbentuk selama pemimpin itu masih memperlihatkan canda tawa ditengah-tengah umat yang merintih kelaparan…”?bagaimana kepercaaan itu akan terbentuk selama setiap kali memimpin seorang pemimpin mengobral janji-janji kosong?”bagaimana kepercayaan akan terbentuk selama seorang yang mau berkuasa bermodalkan uang untuk menarik simpati rakyatnya?” sungguh itu adalah konsekuensi adanya sistim demokrasi yang diterapakan…bagaimana akan menghasilkan para pemimpin yang berkualitas selama motifasi seorang pemimpin itu adalah materi dunia bukan amal sholeh…saatnya syariah diterapkan dengan khilafah sebagai penjaganya….

Pantaskah menyebut diri Hebat…?”

“Katakan buku apa saja yang pernah kau baca, tempat mana saja yang pernah kau kunjungi, masalah apa saja yang pernah kau atasi, dan siapa saja yang pernah kau sadap ilmunya, maka aku akan tahu seberapa hebat dirimu.
Kata-kata ini teringat pada diriku, kurenungi kata bijak ini dan kuamati apa yang telah kulakukan selama ini?” Kita sibuk dengan kegiatan rutinitas sehari-hari namun kita tak menyadari apa yang telah kita hasilkan dan apa yang telah kita capai.
Buku yang pernah ku baca baru sebatas buku-buku yang ringan yang menjadi santapan orang-orang pada umumnya layaknya tabloid, artikel dan tulisan-tulisan yang tak jelas sumber rujukannya.Tempat yang pernah kukunjungi baru sebatas tingkat kecamatan dan itupun tempat yang masih tingkat local.demikian pula masalah yang pernah ku atasi juga belum bisa terlihat hasilnya. Menyelesaikan masalah pribadi sendiri saja masih belum terselesaikan.Guru yang telah ku gali ilmunya juga masih tingkat local.lantas bagaimana aku mengatakan bahwa aku ini orang yang berhasil..?”